Hindari Kotak Kosong, KPU Berharap Peserta Cawalkot Makassar Lebih dari 2

INFOSULSEL.COM, MAKASSAR — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar berharap pemilihan wali kota dan wakil wali kota tahun 2020 diikuti lebih dari dua pasangan calon.

Komisioner Gunawan Mashar mengatakan, banyaknya paslon bisa menghindari situasi ketegangan yang tinggi antar pendukung di masyarakat.

Bacaan Lainnya

Idealnya, Pilkada Makassar menurut Gun, sapaanya diikuti tiga hingga empat paslon. Ini  agar konsentrasi pendukung bisa terpecah. Dia berkaca pada pengalaman KPU di Pilkada tahun 2018. Saat hanya ada paslon tunggal. Kala itu masyarakat terbelah. Ada pendukung paslon, selebihnya memilih kotak kosong.

“Kami tidak anti dengan kotak kosong. Hanya saja, hal-hal yang bisa membuat ketegangan meninggi, atau eskalasi menguat, itu yang kita hindari,” kata Gunawan seperti dikutip Idntimes.com, Kamis (12/12/2019).

Pilkada Makassar terakhir digelar tahun 2018 dengan calon tunggal Munafri Arifuddin. Ia  berpasangan dengan Andi Rachmatika Dewi. Psangan ini diusung 11 partai politik. Namun sayang, pasangan Appi-Cicu gagal meraih suara mayoritas. Itulah sehingga pilkada di Kota Makassar diulang.

Sementara calon lainnya,  sang petahana Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto yang berpasangan dengan Indira Mulyasari Paramastuti. Pasangan ini diusung satu partai politik yakni Partai Demokrat. Namun dalam proses perjalanannya pasangan berakronim DIAmi  ini terjegal karena masalah hukum.

“Belajar dari Pilkada 2018, misalnya, celah-celah pelanggaran oleh calon bisa dijadikan calon lain untuk saling menjatuhkan,” Gunawan menerangkan.

Dosen Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto berpendapat, pilkada yang diikuti dua pasangan calon rentan upaya saling jegal. Ada kemungkinan paslon menghindari pertarungan politik dengan menjatuhkan lawannya. Sehingga pada hari pemilihan, mereka hanya melawan kotak kosong.

Pada Pilkada 2020, Ali menilai situasi politik di Makassar sudah berbeda. Saat ini bermunculan beragam tokoh yang digadang-gadang sebagai kandidat. Di lain sisi, kekuatan partai politik cukup berimbang dengan akses yang lebih terbuka. Di belakang layar, orang-orang berpengaruh juga semakin banyak.

Dibanding Pilkada 2018 yang hanya menghadapkan Munafri dengan Danny Pomanto, peta politik kala itu semakin melebar. Dia mencontohkan kemunculan Irman Yasin Limpo, Syamsu Rizal, dan figur baru pada bursa kandidat.

“Kalau melihat kondisi saat ini, akan kecil kemungkinannya akan terjadi calon tunggal,” kata Ali.(*/riel)

Pos terkait